Oleh : Arif Pandu Winarta
Minyak dan gas (migas)
di Indonesia tentunya bukan sesuatu yang asing kita dengar di kehidupan kita
sehari hari. Mulai dari kelangkaan BBM, naiknya harga BBM, isu pengalihan dari
minyak ke gas, dan kebijakan kebijakan pemerintah yang “dirasa” merugikan pun
menjadi penghias media cetak pada halaman pertama. Media cetak pun seolah-olah menari-nari
kegirangan mendapat berita yang menjadi pusat perhatian kebutuhan masyarakat
saat ini.
Hampir seluruh
masyarakat Indonesia beranggapan bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya akan
minyak dan gas alamnya. Negara ini pernah berjaya menjadi anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), negara pengekspor minyak bumi di dunia. Tapi sekarang ? Pil
pahit pun harus kita telan bahwa kita bukanlah negara yang kaya akan minyak
bumi lagi. Diakui atau tidak, rakyat Indonesia sudah kecanduan tingkat akut dan
tidak bisa lepas dari pengaruh minyak dan gas bumi. Tingkat konsumerisme
masyarakat yang tinggi membuat pemerintah kelabakan. Pemerintah membuat sistem
baru untuk memenuhi permintaan masyarakat tersebut dengan mengalihkan
penggunaan minyak ke gas bumi, mencari sumber ladang minyak baru di Indonesia,
bahkan opsi terakhir impor minyak ke Negara lain pun dijalankan. Ketika minyak
dan gas tidak tersedia masyarakat pun mulai menyalahkan ketidakbecusan pemerintah.
Sebenarnya negara ini sedang
butuh solusi oriented, bukan sistem yang saling menyalahkan. Bagaimana suatu permasalahan
yang terjadi harusnya dinilai dari proses dan hasil yang dilakukan. Masyarakat
hanya melihat hasil bukan proses. Pemerintah harus berjuang mati-matian membuka
lahan eksplorasi baru ladang ladang minyak dan gas untuk memenuhi kebutuhan
migas rakyat Indonesia. Dalam seminar “Peluang dan Tantangan Eksplorasi Migas
Indonesia “Bapak Agus Suryono dari SKSP Migas
mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang kaya akan minyak bumi harus
dirubah, itu dulu. Menurut beliau memang Indonesia masih memiliki minyak tapi ladang
minyak yang ada tidak cukup memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat kita.
Kita butuh solusi,
itulah yang dilakukan rekan rekan Gama Oil and Gas, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta pada hari Jumat, 23 November 2012 mengadakan monthly discussion
dengan tema, “Peluang dan Tantangan Eksplorasi Migas Indonesia “ dengan
pembicara Bapak Brahmantyo Krishadi Gunawan dan Bapak Agus Suryono dari SKSP
Migas. Beliau menjelaskan bagaimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi. Dalam
usaha minyak dan gas bumi dibagi menjadi 2 usaha, yaitu kegiatan usaha hulu dan
usaha hilir.
Kegiatan usaha hulu
migas adalah kegiatan
usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha Eksplorasi dan
Eksploitasi. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi
mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan
Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan (Pasal1 angka8 UU 22/2001). Sedangkan eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang
ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan
sarana pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan ( hanya untuk pemisahan dan
pemurnian minyak dan Gas bumi di lapangan) serta kegiatan lain yang mendukungnya
(Pasal1 angka 9 UU 22/2001).
Bisa kita lihat bagaimana undang undang kita mengatur dan mempertahankan
segala sumber daya alam yang kita miliki. Undang undang tadi adalah sebagian
dari UU migas yang ada. Seperti kata pepatah. Tiada gading yang tak retak.
Pemerintah sudah berusaha, tetapi sekali lagi rakyat hanya melihat hasil,
rakyat bersiteguh pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 meliputi “Bumi,
air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Produksi minyak yang
terus menurun, cost recovery yang terus meningkat, dan kebutuhan masyarakat
terus naik membuat rakyat semakin tak percaya. Dari data yang diperoleh dari
SKSP MIGAS tentang energi production and
consumption by type, untuk Oil production berada di sekiar 40 – 60 MTOE,
dan oil consumptionnya berada di atas 60 MTOE.
Kita harus cari
alternative energi lain, jangan bergantung dengan minyak bumi. Kita bisa
mandiri dengan energi lain. Bisa kita lihat dari data yang diperoleh dari energi production and consumption by type
Gas production berada di sekiar 60 – 80 MTOE, dengan tingkat konsumsi sebesar
20 – 40 MTOE. Sedangkan untuk type
Coal production berada di sekiar 150 – 200 MTOE, dengan tingkat konsumsi
sebesar kurang dari 50 MTOE. Kita punya beberapa peluang di Indonesia terutama
untuk investasi di bagian hulu. Ketika oil production turun produksi gas
meningkat pesat. We can make it energi
supply shift from oil to gas. Dari data yang didapat dari SKSP MIGAS, Indonesia gas Balance ( 2011 – 2025 ),
dapat kita lihat bahwa Permintaan gas konvensional sangat tinggi, ada
pertimbangan untuk mengembangkan unconventional
oil and gas, Surplus di tahun 2016 ( FSRU on stream, dan dibangun dan
dikembangkan ladang gas baru.
Pak Brahmantyo Krishadi
Gunawan dari SKSP MIGAS menjelaskan bahwa aktivitas survey seismic Indonesia
untuk mencari ladang baru di bidang ekplorasi sangat luar biasa, dominan survey
seismic 2D dilakukan di OFFSHORE, dimana luas survey seismic 3D berada di
peringkat ke 4. Sedangkan untuk pengeboran ekplorasi dominasi di onshore.
Jumalah pengeboran di Indonesia no2, namun pengeboran sumur taruhan ( wildcat)
peringkat 1 se Asia. Tahun ini SKSP MIGAS bekerjasama dengan PERTAMINA berencana
untuk mengembangkan Ekplorasi Hidrokarbon non Konvensional di bidang Shale Gas ( Gas Serpih ). Tantangannya
adalah untuk mengembangkan Unconventional
Hydrocarbon Exploration And Development, pada Shale gas terletak pada fracturing unit.
Sudah saatnya kita
sebagai anak bangsa terus mencari alternative energi baru demi kehidupan bangsa
yang lebih baik, kita harus sadar, negara kita bukan lagi negara yang kaya
minyak. Hemat BBM, gunakan seperlunya. Jangan manja dan malas akan kecanggihan
tekhnologi eksplorasi saat ini untuk tidak belajar hal baru. Kita juga bisa.
Kerja keras adalah energi kita. Sumber daya alam negara Indonesia harus diolah
oleh anak bangsa sendiri. Jangan bergantung pada minyak bumi, hei anak bangsa
tuntutlah pendidikan setinggi tingginya untuk kesejahteraan negara yang lebih
baik. Rakyat menantimu !
No comments:
Post a Comment