Oleh : Arif Pandu Winarta
Hari ini saya melihat jutaan rakyat tidak puas dengan kinerja pemerintahan saat ini, hari ini saya mendengar jutaan rakyat Indonesia mengeluh dan mencela kinerja pemerintahan yang tidak becus dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada di negeri kita tercinta, dan hari ini pula saya melihat bobroknya sistem koalisi pemerintahan yang sarat makna akan kepentingan politik yang diumbar dengan janji – janji palsu, masih kurang burukkah pemerintahan kita ? Angka kemiskinan 31,02 juta jiwa, pertumbuhan ekonomi 6,1 %, dan sebanyak 527.850 anak atau 1,7 persen dari 31,05 juta jiwa anak SD putus sekolah setiap tahunnya, pengangguran mahasiswa dimana – mana, penodaan terhadap agama menjadi hal yang biasa, tindak kriminal bukan menjadi hal baru di negara yang sudah merdeka sejak 65 tahun yang lalu, hati ini sakit, sedih, kecewa sebagai generasi penerus yang hanya bisa mengkritik dan menjelek - jelekkan negeri sendiri, masih pedulikah kita terhadap negeri kita sendiri atau malah bangga ke luar negeri dan menggunakan barang – barang bermerk, memamerkan sejumlah visa dan paspor bahwa saya sering ke luar negeri, buat apa ? Prihatin akan negeri yang kian lama kian terlihat borok – borok pemerintahannya, atau kita terlalu tersibukkan mencari pundi – pundi materi demi kenikmatan sesaat.
Pemerintahan yang dipimpin oleh anak bangsa kita sendiri ini telah berhasil, berhasil membawa kehancuran kepercayaan jutaan pasang mata rakyat Indonesia. Apakah perlu kita naturalisasi seseorang untuk memimpin negeri ini ? Kemana semangat pahlawan – pahlawan kita dulu ? Terkubur akan majunya teknologi yang membisu diiringi sang waktu, masih ingatkah kau dengan Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada di pelajaran sejarah yang pernah kita pelajari dulu ? Atau mulai tergantikan dengan kalimat – kalimat Pahlawan bertopeng yang setiap Minggu hadir untuk menghibur kita ? Inikah negara kita ? keramahtamahan yang kian lama kian hilang, kita hanya berkutat dengan diktat, cinta, dan gaya konsumerisme yang semakin boros, orang –orang borjuis di negara miskin, inikah kita saudaraku ? apakah kita sedang bermimpi memainkan sebuah permainan sandiwara yang jelas takdirnya seperti ini ? kenapa kita tidak meminta Tuhan untuk dilahirkan di negara lain saja, apakah gara – gara Indonesia tak pernah memiliki prestasi anda cemburu dengan negeri lain. Apakah para wanita sedang tidak subur, pelit melahirkan pahlawan – pahlawan Indonesia.
Ini yang ku sebut tentang mimpi-mimpi yang cemburu.
cemburu karena terus terbelenggu
cemburu karena lama sekali menunggu
“Kini ku lebih sering menyaksikan pemuda yang lebih suka menghimpit racun di sela-sela jari-jarinya, daripada ku melihatnya menghimpit sebuah pena, kini ku lebih sering melihat pemuda yang mengumbar hawa nafsunya, dari pada menahan urat malunya.” Hari ini aku melihat ibu pertiwi sedang bersusah hati, air matanya berlinang, mas intannya terkenang, hutan sawah dan lautan adalah simpanan kekayaan, kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa, doamu kini terjawab Ibu Pertiwi tak peduli 100 tahun, 200 tahun, negeri ini akan bangkit menjadi negara besar, bangkit Indonesiaku, kamilah yang akan menjadi garda terdepan perjuangan untuk menegakkan sesuatu yang salah menjadi benar, dimana para pemudanya mulai berusaha membasuh air matamu satu persatu, kita akan mengubah tantangan menjadi peluang, kelemahan menjadi kekuatan, kecemasan menjadi harapan, ketakutan menjadi keberanian, dan krisis menjadi berkah, berjuang demi rakyat dan keadilan, tak ada yang bisa dibeli dari kami hati – hati para pejuang yang ikhlas untuk mewujudkan kebangkitan tanah air, Indonesia Bisa !! Dimana para pemimpin mudanya mulai disiapkan dari sekarang, kebobrokan moral sedikit demi sedikit ditambal dengan akhlak yang baik, tak peduli engkau berprestasi dengan negeri terkorup di dunia, tak peduli engkau negeri yang penuh dengan kemiskinan, tak peduli birokrasimu panjang dan susah, tak peduli banyak terdapat mafia pajak dimana – mana, tak peduli engkau telah menyakiti hati rakyat ini dengan sebuah kebohongan politik dan mengatasnamakan demi kepentingan rakyat, tidak peduli seberapa berat krisis yang menimpa kita ini, dan tidak peduli seberapa banyak kekuatan asing yang menginginkan kehancuran bangsa ini. Ini negaraku, negara yang aku cintai, negeri dimana aku tinggal, negeri dimana aku dilahirkan, negeri dimana aku menempuh pendidikan. Masihkah kita menunggu seorang ratu adil untuk menyelamatkan kita dari krisis multi dimensi ? Tidak !!!. Kitalah yang akan menjemput takdir kepemimpinan itu sendiri. Dalam surat Al Baqarah ayat 30 disebutkan, dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Seperti Umar bin Khaththab yang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!” Kita bisa untuk Indonesia yang lebih baik, Bangkit Indonesia !!
4 comments:
kita maenannya konkrit aja boy, jangan ngomong bangkit bangkit indonesia dulu deh..
Liat diri kita sendiri, apakah sudah ada efort dari kita untuk senantiasa menjadi individu yang lebih baik? Apakah tiap harinya terlintas dalam benak kita tentang dampak dari perbuatan kita terhadap indonesia?
jika tidak, BULLSHIT itu semua.!!
Aku jadi teringat akan perkataan seorang pemuda..
"Ketika bebas di alam remaja,
impianku tidak mengenal batasan - aku ingin MENGUBAH DUNIA
Bila usia meningkat dewasa dan aku semakin matang, kusedari.. rupanya dunia tidak akan berubah. Lalu aku bataskan jangkauan. Memadailah jika aku dapat MENGUBAH NEGARA. Namun ini juga tidak kesampaian..
Di usia senja, pilihan terakhirku ialah untuk MENGUBAH KELUARGA dan mereka yang terdekat. Malangnya.. mereka juga tidak mampu ku ubah. Kini, di pembaringan menanti maut, baru ku sedari.. (mungkin buat pertama kali)
Andainya dahulu yang pertama ku ubah adalah DIRI SENDIRI - dengan menunjukkan teladan yang baik, pasti aku dapat MENGUBAH KELUARGA. Lantas.. dengan sokongan dan dorongan semangat mereka, pasti aku mampu MENGUBAH NEGARA..
Dan siapa tahu.. Mungkin juga aku mampu MENGUBAH DUNIA"
kalo memang antum punya idealisme seperti itu, bagus...dan peliharalah...
tapi saya setuju dengan comment diatas, memang waktu muda kebanyakan orang akan idealis, tapi begitu usia bertambah sebagian dari mereka akan berubah menjadi realistis apalagi kalau sudah dibenturkan dengan kekuasaan. perlu tak sekedar perjuangan untuk tetap idealis. kita juga bisa lihat contohnya, bukankah pejabat-pejabat yang termasuk ke dalam "Pemerintahan yang dipimpin oleh anak bangsa kita sendiri ini telah berhasil, berhasil membawa kehancuran kepercayaan jutaan pasang mata rakyat Indonesia" itu juga merupakan pejuang era '98 yang menghancurkan rezim suharto itu?
aseek kak keren sekali, saya benar2 mendapatkan tanggapan dan respons yang luar biasa ^^, pernah terpikir memperbaiki diri sendiri saja tak mampu apalagi ingin mengubah dunia, anak muda semangatnya menggebu - gebu tapi pada akhirnya lemas tak bernafsu, hal ini dikarenakan kalo dari diri saya pribadi Tuhan tahu tapi menunggu, dia berikan kita cobaan untuk melewati rintangan itu, jika kita berhasil kita akan melewati rintangan selanjutnya, memang susah jadi pemimpin tapi kalo dari kita ga ada yg positif mau dibawa kemana Indonesia ini, kita terpojok akan pikiran - pikiran sempi paradigma bahwa kita tidak mampu melampui batas,hehe maklum anak muda, semoga ga hanya sekedar bicara dan diniatkan di dalam hati,hehehe ini tadi pidato kelas kewarganegaraan sih kak,heheh
let see..
banyak orang yang koar-koar tentang idealisme ketika mahasiswa, tapi pada akhirnya mereka membusuk bersama dengan membusuknya idealisme mereka.
tapi gak sedikit orang yang tetap memegang lentera idealisme, meski pancarannya kini tak seterang dahulu (ketika berstatus mahasiswa).
idealisme, jangan jadi wacana.
tidak bolos kuliah, masuk kuliah tepat waktu, aktif di kelas dsb. itu merupakan bentuk konkrit perbaikan diri.
arif pandu, saya tunggu kontribusimu 10-20 tahun lagi..
biarkan tuhan dan bangsa ini yang menjadi saksi.
Post a Comment