oleh : Arif Pandu Winarta
Hari demi hari kulalui, suara gemuruh hujan dari dalam Lab Elka pun terdengar merdu diiringi angin malam di tengah peraduan, menunggu hujan yang agak reda setelah praktikum sistem Instrumentasi, aku pun berniat untuk pulang, hari ini jujur aku lelah, suatu hal yang wajar dialami oleh seorang manusia, mengeluh karena kondisi keadaan, aku pun tersenyum di dalam hati, akan sebuah lamunan fatamorgana dan sebuah pekerjaan besar yang sudah melambaikan tangan dan menanti untuk dikerjakan, aku pun berjalan ke parkiran belakang, lorong – lorong gelap itu menemaniku di dalam sebuah perjalanan kaki, wah ternyata helmku basah, jaket juga lupa dibawa, apalagi jas hujan juga lupa. Suatu kondisi yang benar benar tidak menguntungkan terjadi padaku hari ini. Pelajaran yang saya dapatkan hari ini adalah Persiapkan segala sesuatunya dengan matang, sediakan payung sebelum hujan.
Tanpa memakai helm pun aku pulang, kehidupan kota Bandung yang lebih ramai dibandingkan asal daerahku sendiri, di dalam perjalanan aku berpikir rambutku yang sudah mulai acak – acakan ini mau dipotong atau tidak, kalau di rumah pasti kena marah, ibuku tidak suka anaknya gondrong, tidak rapi dan kurang sopan kalo dipandang oleh orang lain, kebiasaan inilah yang membuatku selalu risih untuk memanjangkan rambut. Saran orang tua pasti yang terbaik dan aku selalu jadikan itu sebuah prinsip dalam hidupku. Akhirnya akupun berpikiran untuk cukur rambut di sewa lahan BG, sebuah sewa lahan asrama yang dijadikan unit usaha di bawah departemen ekonomi Bumi Ganesha. Pelajaran yang dapat saya ambil hari ini adalah perilaku kita itu terbentuk karena suatu kebiasaan.
Mas dirapiin aja ya ? pintaku kepada tukang cukur yang sedang “curhat” kepada temannya, rambut demi rambut pun mulai berjatuhan seiring gaya gravitasi yang ditemukan oleh Isaac Newton, di depan kaca aku pun mulai melihat wajahku yang mulai letih karena aktivitas yang kujalani seharian terbilang cukup lumayanlah sebagai anak muda perantauan, tanpa menganggu pembicaraan Si Tukang cukur ini, ia bercerita kepada sahabatnya tentang seorang wanita tapi dalam bahasa sunda, aku pun tertarik, kenapa harus selalu wanita yang menjadi topik pembicaraan seorang pria, aku memang kurang mengerti bahasa tersebut tapi intinya bahwa ia merasa tidak pantas karena ia hanyalah seorang tukang cukur, wajahnya yang kurang tampan, membuatnya merasa tidak pantas, menghidupi dirinya sendiri saja tidak bisa bagaimana mau menghidupi kehidupan orang lain ? kalo tidak salah dengar wanita itu berasal dari daerah Garut, kulihat sih Tukang Cukur wajahnya memang mirip seperti pemain bola Ronaldinho di bagian gigi depan yang rambutnya agak di mohawk, memang agak lucu siy tapi kulihat orangnya baik, dia selalu tersenyum padaku ketika menanyakan yang bagian depan mau di acak mas?
Setelah selesai, dia menawarkan kepada saya “ Mau dipijat mas ? ”, sebuah kebiasaan tukang cukur di daerah Bandung setelah selesai dicukur maka pelanggannya akan dipijat, saya pun berpikir boleh juga, tanpa sadar sayapun bertanya kepada tukang cukur tersebut, “ Apa hari ini saya kelihatan lelah ?” suatu kalimat yang jarang saya tanyakan kepada orang lain, teringat sebuah perkataan Mas Reza Bachtiar ketika menjadi asiten praktikum tadi juga menanyakan “ Kamu kenapa Ndu kusut banget hari ini ? ”. Akupun memejamkan mata untuk beristirahat merasakan pijitan yang demikian ikhlas mulai dari kepala, leher, pundak, dan tangan. Sebuah pelayanan yang saya dapatkan dari sebuah pekerjaan yang dilakoninya dengan sungguh – sungguh padahal ia mempunya masalah dengan teman wanitanya, Pelayanan yang sederhana itu ia hanya minta Rp 7000,00. Hari aku berpikir bahwa aku belajar dari tukang cukur, Apapun masalah yang melanda kita, dan seberat apapun masalah kita, setidaknya kita masih bisa memberikan senyuman terbaik kepada orang lain, walaupun kita tidak mengenal orang tersebut.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Semangat brother tersenyumlah, semangat, salam hangat semoga bisa menjadi sebuah inspirasi bagi kita semua. Let’s smile . ( Arif pandu Winarta )
No comments:
Post a Comment