( Hari Pertama )
Cerita ini bukan cerita petualangan Sherina, maupun cerita live Jejak Petualang Trans 7, tapi ini adalah cerita super super duper petualangan si Xenia ke Jekardah KSE ITB – Unpad dalam rangka pengumpulan berkas beasiswa ke kantor KSE di Mendawai , perjalanan dimulai tanggal 21 Juni 2012 dengan menyewa mobil Xenia yang diambil pukul 04.00 pagi selama 24 jam dengan jaminan KTM saya dan supir legendaris ITB, kakak Zein. Rencana berangkat jam 5 pagi ke Jatinangor untuk menghampiri rekan rekan UNPAD di rujak ternyata tidak berjalan dengan lancar, bermodal doa dan usaha, kamipun menghampiri rekan rekan Unpad pukul 09.00 WIB, dengan posisi sebagai berikut, Kak Zein dari ITB sebagai driver, Kak Yakin (ITB), mbak Ayu dan Kak Salman sebagai Co Driver karena yang lebih ngerti keadaan Jakarta daripada kita kita, dan saya, Rola, dan Mbak Titi ( Unpad ). sebagai pelengkap :D.
Berawal doa bepergian yang diajarkan oleh guru agama kamipun merantau ke Jekardah bermodal snack yang dibeli KSE UNPAD, maklumlah dari ITB yang berangkat hanya 3 lelaki bujangan yang insya allah siap menjaga rekan2 UNPAD dari marabahaya di jalan, hehe. Selama perjalanan kamipun mulai bercerita dan bercanda layaknya anak SMU yang masih 17 tahun, #ifuknowwhatimean, di dalam perjalanan kamipun melihat tulisan yang intinya “ Hati – hati di Km 90 -100, kurangi kecepatan ”, kamipun mengubah alur pembicaraan menjadi cerita mistis kecelakaan di Km 90 mulai dari artis sampai tukang tukang yang membangun jembatan di jalan tol dan hubungan kecelakaan menurut ilmu pengetahuan, entah mengapa cerita dan kejadian ini selalu menarik untuk dibahas.
Pelajaran pertama yang saya dapat adalah “ Jangan pernah ngerasani ( menyinggung ) mobil butut di jalan tol, apalagi sudah tidak ber-AC, tidak pernah dirawat, dan sudah tidak layak jalan”, bahaya saya ingatkan, walaupun mobil Xenia yang kita sewa ini baru tahun 2011, AC-nya nyala, dan baru diservis, jangan takabur ketika berada dimanapun, trust me it work, kenapa begitu ? karena hal itu akan kita alami di hari kedua, hehe
Mengandalkan kemampuan co-driver melalui google maps, kitapun menuju arah Mendawai, disinipun kita sempat tersesat, antara Mendawai I, Mendawai II, Mendawai III, dan Mendawai IV, karena hanya mbak Ayu yang pernah ke kantor KSE, itupun lupa lagi jalannya, hehehe kita tahu itu kantor KSE karena motor mas Helmi yang dipake saat menemani lari pagi waktu BISMA camp 3 batch IV di bandung, sebenarnya jikalau mau cepet dan praktis, dan kita tidak mau susah susah membawa berkas 2 paguyuban yang berat dan menempuh perjalanan yang panjang dan macet, kitapun bisa saja mengirimkan melalui pos dan menunggu berkas tersebut sampai ke kantor pusat, tapi kalo ga seperti ini ga pernah ada ceritanya, aneh ya kita memang memilih jalan yang lebih terjal, saya sendiri juga bingung, hahaha banyak hikmah yang kita dapat dari perjalanan ini, tapi ada manfaatnya lho, kita jadi mengerti dimana kantor KSE, orang yang selalu memberi kita beasiswa, dimana sih kantornya, Paguyuban Karya Salemba Empat ini lho yang memberi kita beasiswa selama ini, mereka mau mengerti kita, kok kita gamau mengerti mereka. Malu saya kalo sampai lulus orang yang memberi kita kemudahan dalam menempuh pendidikan gelar sarjana bahkan tidak tahu yang mana yang memberi beasiswa, Pelajaran kedua yang saya dapat adalah “Sejauh dan selelah apapun perjalanan kita, demi cinta kita pada Yayasan yang telah membantu kita selama ini, jauh dan lelahpun terbayar lunas”, inilah resiko yang kita ambil, apapun yang terjadi, demi yayasan KSE berangkat pokoknya, jangan seperti sebuah lagu dangdut, percuma saja berlayar, kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta, kalau kau takut sengsara :D.
Dalam perjalanan tol pun cerita kami bercerita mau Klenger Burger atau Burger King ? Entah siapa yang memulai pembicaraan, makanan buatan Spongebob itu membuat kami merasa lapar, dagingnya yang gurih, rotinya yang empuk dan lembut, saus merah yang begitu menggigit di setiap gigitannya, dan rasa mayonaise yang membuat mak nyuss di setiap gigitan membuat kami lapar, hmmm kayaknya enyak enyak enyak, suasana Jakarta yang terik di siang hari dan macetnya yang luar biasa mengingatkan alarm perut untuk berbunyi nyaring, keinginan kami ternyata terkabul hehehe, setelah sholat duhur dan ashar yang dijamak di kantor, tiba tiba sudah ada Klenger Burger yang dibelikan oleh mbak Maya, tadi pas sholat doa apa ya ? hehehe, makasih mbak Maya, tertulis dengan jelas Klenger Burger di atas meja bundar lengkap dengan saus sausnya, kamipun tertawa, hahaha rezeki memang tidak disangka sangka, pelajaran ketiga yang saya dapatkan adalah, “ Jika kita berpikir dan bermimpi bersama sama untuk mencapai suatu tujuan, kita lebih dimudahkan untuk mencapai tujuan itu, karena pertolongan Allah itu datang dengan tidak disangka sangka, klenger burger klenger burger, semalam mimpi apa ya ?hehe”,dan di akhir pun burger klenger ini tinggal satu, karena tidak ada yang mau, entah karena gengsi atau klenger beneran pun, saya menawarkan diri ada yang mau ? ada yang mau ? Karena saya juga mau, hahaha . Sayapun mengambilnya, saya tawarkan kepada mas Salman untuk dibelah menjadi dua, ketika saya potong menjadi dua, mas salman tampaknya sudah kenyang, eh ternyata mas Zein sudah daritadi menunggunya, ternyata supir kami sungguh kelelahan dan butuh energi banyak, Semangat mas Zein, hehe pelajaran keempat yang saya dapatkan disini adalah “ rezeki itu datang pada mereka yang mau bergerak, bukan menunggu, rejeki itu harus dijemput “
Sembari makan kamipun berunding mau jalan – jalan kemana kita setelah ini, sisa waktunya masih banyak, tawaran – tawaran pun berdatangan, gimana kalo ke Monas ? Kota Tua ? kalo mall di Bandung juga ada, yang unik, gimana kalo ke IPB, ke bogor, ah pasti modus nih, pasti modus, ato ke depok aja, ke UI, jauh macet pula, pengen naek odong odong bis kuning yang lebih gede biar bisa keliling kampus, hehe akhirnya diputuskan setelah menghitung hitung waktu perjalanan yang deket kita ke Monas. Setelah berfoto foto di kantor bersama mbak Maya, Mas Agus, dan beberapa karyawan KSE lainnya kamipun menunggu mbak April dan Mbak Reni dari KSE UI yang mau menyambut kami dari kota seberang.
Mbak april pun datang setelah kita pamit mau meneruskan perjalanan pulang, dan akhirnya beliau ikut dengan kami ke Monas, disusul mbak Reni yang langsung menyusul ke Monas karena kita sudah berangkat sebelum dia tiba. Sesampainya di Monas, berfoto foto bak artis kitapun melanjutkan perjalanan setelah bertemu mbak Reni ke Kota Tua. Di kota Tua kamipun makan malam karena merasa lapar, ada kejadian yang unik disini, ada pengemis anak kecil meminta uang, karena banyak pengemis disitu terutama anak anak, saya siapkan receh agar semua kebagian, ketika ada satu anak yang datang, anak laki laki sekitar 10 tahunan yang seharusnya belajar ato main dengan anak usia sebayanya, saya berikan 100 rupiah, mungkin agak tega ya, saya agak kaget karena uangnya ia buang dan ia berlari menunjukkan kekecewaan, saya pun tersenyum sejenak, mungkin uangnya kurang, saya tumpuk recehan itu menjadi satu, dan ketika ada pengemis kecil usia 9 tahunan datang, saya berikan tumpukan recehan itu semuanya, setelah dia hitung, dia berlari tanpa berbicara apapun, pelajaran kelima yang saya dapatkan hari ini adalah “Sebegitu keraskah hidup di ibukota, ketika uang 100 rupiah tidak lagi dihargai, bersyukurlah apa yang kita miliki hari ini, masih banyak diluar sana yang lebih menderita daripada kita, bersyukur, bersyukur, harus bersyukur”
Setelah sholat magrib dan isya, kamipun berencana pulang ke Bandung, entah mimpi apa semalam, dosa apa, kena karma apa, petualangan si Xenia pun dimulai dari sini, berawal untuk mengantar mbak April ke rumahnya, karena tangki bensin untuk pulang ke Bandung dirasa kurang, kamipun mengisi bensin, ketika mobil akan dihidupkan karena bensin sudah diisi, tiba tiba mobil macet, duh apa lagi nih yang terjadi, mobilnya mogok, dan kamipun mendorongnya ke tepi, suasana malam membuat kami bingung, panik, tidak ada yang ahli dalam dunia permobilan, bermodal 4 lelaki dan 3 perempuan dengan modal otot kamipun mendorong mobil dan akhirnya menyala, alhamdulillah akhirnya bisa balik ke Bandung dan Jatinangor, kamipun berdoa supaya tidak macet lagi apalagi di tol, petaka bagi kami kalo sampe macet di tol, Si Xenia pun berjalan sampai ke rumahnya Mbak April, ketika mobil akan putar arah kamipun pamit dengan keluarga beliau dan ternyata mobilnya pun macet lagi, kamipun mendorong sampe depan rumah mbak April.
Kamipun harap harap cemas, bisa balik ga nih, kami tahu bahwa kami harus mengembalikan mobil pukul 04.00 pagi, setelah dicek dan mbak Titi menelepon ayahnya tentang dunia permobilan, kamipun berusaha untuk tetap tenang, dan setelah dicek dugaannya terletak pada akinya, pukul 10 malam kalo tidak salah, kamipun mencari tukang setrum aki, agar mobil bisa menyala kembali, dibawa ke bengkel juga sudah tutup, tidak ada yang buka, akhirnya setelah berdiskusi dengan pemilik rental, pertama cek olinya, kedua coba diperiksa akinya, ketika dicopot, ada mur yang jatuh ke dalam kap mobil bagian bawah, kejadian ini menjadi sedikit panik, dan alhamdulillah ketemu, ketika aki diperiksakan ternyata harus diganti baru, karena berbagai macam alasan, kamipun berusaha beristirahat dan akan berangkat dari jakarta pukul 12 malam dan sampai di Bandung jika diperkirakan akan sampai jam 3 pagi, ternyata cobaan kami tak berheni begitu saja ketika diganti dan dipasang yang baru, ketika diukur amperemeternya ternyata ada yang kurang atau tidak masuk, kata si masnya ada yang rusak di bagian dinamo amperemeternya mas, jadi akinya ga ngisi, kalo dipake buat lampu berat mas, cepet habis takutnya mogok lagi karena sumbernya hanya dari aki yang baru kita beli saja.
Nahloh bisa kalo ga pake radio, ga pake AC, dan ga pake lampu, padahal kita akan melakukan perjalanan malam di tol, hal ini tidak dapat kita bayangkan, apabila kita nekat akan sangat berbahaya bagi keselamatan kita, apalagi mbak Titi menambahkan dengan cerita kemaren Ibunya atau tantenya lupa gelasnya pecah sendiri tanpa tahu sebabnya, saya sebenarnya pengen tertawa sih, hahaha tapi karena situasinya panik dan sangat mendukung apalagi waktu sudah menujukkan pukul 11 malam, kami pun memutuskan untuk berangkat pagi pagi tanpa AC, lampu, dan radio atau coba untuk menserviskan Si Xenia ini agar tidak mogok di jalan, kamipun memilih untuk beristirahat di rumah mbak April, pelajaran keenam yang saya dapatkan adalah “ Apapun yang terjadi padamu, seberat apapun itu, stay cool, jangan panik, dan tetap berpikir tenang”, satu yang saya tambahkan nyamuk jakarta tidak mempan dengan Bayg*n, Aut*n, dan lain lain, nafsu banget si nyamuk menghisap darah segar dari para pemuda yang kelelahan, luar biasa.
( Hari Kedua )
Pagi yang cerah di hari kedua kamipun bernegosiasi karena kami hanya menyewa sampai jam 4 pagi dan kejadian itupun tidak diduga duga, setelah mandi dan sarapan pagi, saya, mas Zein, dan Mas Yakin pergi ke bengkel Daihatsu untuk menservice si Xenia yang katanya cuma 50 ribu rupiah, karena bengkelnya buka pukul 08.30 WIB kamipun membawa si Xenia ini kesana, setelah dicek, dan tanya tanya harga, untuk bongkar mesinnya saja sudah Rp 95.000, 00, belum termasuk pajak dan repairnya apabila ada yang rusak atau ganti spare partnya, petugas pun meminta STNK mobil untuk identitas mobil, dan saya baru tahu kalo si Xenia ini STNKnya hilang dan yang ada hanya surat kehilangan dari kepolisian sebagai bukti identitas, duh pelajaran ketujuh yang saya dapatkan adalah “Apabila menyewa mobil cek kembali STNKnya dan pastikan mobil dalam keadaan baik”, kamipun mengiyakan biayanya dan apabila ada yang diganti kita diskusikan bersama terlebih dahulu, kamipun menunggu di rumah April, yang sudah kedatangan 2 tamu yang special, mas Syawil UNPAD dan mas Fandi dari ITS, sayapun kagum pada mereka, KSE ini seperti rumah kita ada banyak dimana mana, pelajaran kedelapan yang saya dapatkan adalah “ Ketika teman kita banyak, kita akan tahu dunia itu sempit, inilah gunanya KSE, networking kita se Indonesia, luar biasa !”
Telepon pun berbunyi, dapat berita dari Mas Zein yang “kena” pada si Xenia adalah bagian ICnya, apabila diganti kita perlu mengeluarkan biaya 1,8 juta, luar biasa bung, dan kita harus sampai Bandung oleh penyewa rentalya jam 4 sore harus sudah sampai di Bandung, luar biasa bung, padahal si Xenia adalah mobil baru yang belum nyampe setahun dan baru kemaren diservice, kitapun ditempa beberapa cobaan lagi, akhirnya diputuskan apapun yang terjadi kita pulang ke Bandung tanpa perlu service, kayaknya masih bisa, berbekal makan siang dari Keluarga Mbak April kamipun berangkat, makasih ya mbak April dan segenap keluarganya maaf ngerepotin, hehe dengan doa dan restu bak perantau yang bermodal seadanya, kaca pun dibuka karena tidak ada AC, kamipun selalu berdoa dalam perjalanan, agar tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan, selama perjalanan pun berjalan dengan lancar, kamipun sempat terpikir, ketika kami melewati mobil butut di tol yang sama, apa ini gara gara kami “ngerasani” mobil butut itu ? Xenia, malang kali nasibmu nak, bahkan semua mobil yang jendelanya terbuka seperti kami di sepanjang perjalanan, kamipun mengiranya itu pasti karena akinya dalam kondisi sekarat, :D
Kitapun sempat mampir di rest area Bekasi, karena 2 alasan, pertama saya sudah tidak kuat lagi menahan BAK saya, kedua pada bagian mobil bagian belakang berbunyi seperti berdencit dencit, super, kamipun mulai was was, setelah dicek di rest area, ternyata bukan kondisi yang membahayakan, kamipun meneruskan perjalanan dengan modal winamp laptop sebagai penghibur suara karena radio mobil dimatikan, kamipun mulai berbinar binar ketika melihat plang berwarna hijau ke arah bandung, artinya perjalanan kami dimudahkan Allah SWT untuk cepat sampai, kalo tidak salah di KM 111, cobaan pun kembali dihadapkan kepada kami, Si Xenia ini mobilnya tidak dapat digas, untuk kita berada di turunan, jadinya mobil menyala lagi, wajah kamipun kembali kusut, duh kenapa lagi ini si Xenia, dugaan kami benar, mobil tidak dapat digas, dengan sigap mas Zein membanting stir ke kiri untuk menepi, kamipun kembali diterpa cobaan, akinya tidak kuat membawa kami ke Bandung, kalo tidak salah kita sudah hampir sampai ke Padalarang waktu itu pukul 15.20an, karena kita ditunggu jam 4 sore harus sampai Bandung tetapi si Xenia kembali “ngambek” tidak mau jalan, pertolongan pun datang mobil derek Jasa Marga mendatangi kami, dan membantu kami mengantarkan mobil kami yang mogok keluar tol Padalarang, karena apabila sampai Pasteur biaya dereknya sangat mahal, tak apalah yang penting kita selamat terlebih dahulu. Pelajaran kesembilan yang saya dapatkan adalah “Benar janji Allah, sesungguhnya bersama Kesulitan ada Kemudahan, bersama Kesulitan ada Kemudahan.”
Setelah diderek dalam perjalanan, kamipun kembali menghubungi penyewa rental mobil bahwa kami tidak dapat kembali tepat waktu karena si Xenia kembali “ngambek” di jalan yang untungnya tidak memakan korban, dalam perjalanan kamipun ternyata ditawari oleh pihak penyewa rental untuk menggunakan jasa derek mobil langganan mereka, karena beliau telat dan kami sudah menggunakan jasa marga sebagai jasa derek mobil, kamipun meminta untuk dijemput ketika keluar tol Padalarang, ketika sampai, kami malah diturunin di depan bengkel yang di depan tulisannya dilarang parkir di depan rumah, mau bagaimana lagi keadaan darurat pak, dikiranya kita akan masuk bengkel untuk service mobil dan beberapa lagi kesabaran kami diuji ketika ditelepon pihak derek langganan mereka, akan datang 2 jam lagi, super sekali bung, dengan penuh kesabaran dan kasih sayang kamipun menunggu kepastian dari astra world untuk kembali menaiki mobil derek sekali lagi. Singkat cerita 2 jam pun berselang, mobil dari astra world pun datang dan mobilnya sangat keren beda dengan derek dari Jasa Marga, hehe montirnya sangat ahli, terampil, dan kuat karena beliau hanya sendirian, dengan sigapnya si Xenia pun “disetrum” sebentar agar bisa jalan dan kamipun menaiki odong odong si Xenia dari mobil derek di Kota Baru Parahyangan menuju tempat rental mobil, kami kira cobaan akan berhenti disitu, ternyata tidak, rekan rekan KSE Unpad Jatinangor memesan travel untuk kembali ke Jatinangor melalui travel dari pasteur dan ternyata travelnya penuh, mereka pun terancam tidak dapat kembali ke Jatinangor. Akhirnya kepanikan pun melanda rekan2 KSE Unpad, dan apapun yang terjadi kita kita tetap bersama. Setelah melalui perjalanan panjang kamipun sampai di tempat rental yang sudah ditunggu oleh pemiliknya, kamipun berusaha tenang dan menceritakan apa yang telah terjadi pada kami, meskipun agak sedikit “panas” permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik dan secara kekeluargaan, beruntung rekan rekan UNPAD diantar oleh pihak sewa rentalnya sampai ke Jatinangor, kalo tidak salah tiba di Bandung pukul 20.30 WIB, dan akhirnya kamipun selamat sampai tujuan, pelajaran kesepuluh yang saya dapatkan adalah, “ Petualangan si Xenia yang luar biasa ini membuat kami sadar, jangan menyerah dalam menghadapi sesuatu, tetap berpikir tenang, dan yakinlah bahwa setiap permasalahan pasti ada solusinya. “
Perjalanan Bandung – Jakarta – Bandung
21 – 22 Juni 2012
Dengan rasa lelah dan penuh cinta
KSE ITB dan KSE UNPAD
No comments:
Post a Comment